Sejak
2003 hingga 2010 terjadi beberapa perubahan karakteristik pembelanja
Indonesia. Selain semakin impulsif, pembelanja Indonesia kini tidak lagi
didominasi perempuan. Oleh karena itu, lembaga riset Nielsen dalam
laporan “Shopper Trends” merekomendasikan agar produsen dan pengecer
memahami perubahan ini untuk menciptakan komunikasi dalam toko atau channel sehingga dapat secara efektif mendorong pembelanja untuk membeli.
Menurut
Nielsen, pada 2003 pembelanja yang tidak merencanakan berbelanja—namun
akhirnya membeli ketika berada di toko—atau disebut juga sebagai impulsive buyer,
hanya berjumlah 10%. Angka ini meningkat signifikan menjadi 21% pada
2010. Sebaliknya, pembelanja yang merencanakan dengan pasti barang yang
akan dibelinya dan tidak pernah membeli item tambahan justru semakin menurun, dari 15% (2003) menjadi 5% (2010).
Sementara itu, perubahan lain yang terjadi adalah, bahwa satu dari
empat orang pembelanja utama sekarang adalah pria. Berdasarkan hasil
riset Nielsen, 74% pembelanja utama memang perempuan, namun jumlah
pembelanja utama pria juga makin meningkat.
Associate Director of Retailer Service Nielsen Febby Ramaun mengatakan
meskipun pria menjadi pembelanja utama, sebagian besar dari mereka tetap
berkarakter grab and go, yang mana mereka langsung mencari dan membeli seketika waktu mereka menemukan barang yang dibutuhkan. “Sebanyak 35% pria lebih banyak yang grab and go, dibandingkan
perempuan yang lebih senang mengelilingi toko sebelum memutuskan untuk
membeli barang yang dicarinya. Dan kaum pria juga punya kemungkinan
melakukan pembelian yang lebih tinggi dibandingkan perempuan,” kata
Febby.
Dari sejumlah perubahan itu, lanjut Febby, ada satu hal yang tidak
berubah yaitu bahwa pembelanja Indonesia tetap berbelanja di tiga sampai
empat toko atau trade channel, tergantung
tujuan kedatangan mereka. Hasil riset yang dilakukan dengan teknik
tatap muka ini juga membuktikan bahwa 21% pembelanja yang mengunjungi
toko datang karena mereka tertarik pada penawaran promo dan kupon yang
dipromosikan di koran dan flyers.
Febby juga menambahkan bahwa kedekatan lokasi toko dengan pemukiman
adalah kunci sukses bagi peritel, karena otomatis akses belanja para
pembelanja menjadi lebih mudah. “Namun demikian, peritel tetap perlu
mengadopsi beberapa metode promosi untuk menarik minat pembelanja,”
imbau Febby. (Marina)
http://mix.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=727&Itemid=144
No comments:
Post a Comment